Setelah lima tahun menjadi sopir taksi di kota Jakarta, saya akhirnya memutuskan untuk banting setir menjadi seorang pedagang toko kelontong. Saya tinggalkan kota rantau dan menuju ke Solok, Sumatera Barat. Di kota kampung halaman saya ini, saya telah meraih sukses usaha toko kelontong bersama dengan SRC.
Sebelum sukses toko kelontong, saya dan istri memulai usaha dengan modal yang dipinjam dari orang-orang sekitar. Usaha kecil ini kami pupuk dengan harapan kehidupan yang lebih baik hingga kini menjadi pengusaha sukses toko kelontong di Solok.
Pendampingan agar sukses toko kelontong dari SRC ini memberikan keuntungan bagi para pemilik seperti saya, agar tidak perlu terus terusan melakukan percobaan yang terkadang berujung ke lebih banyak kerugian. Rugi mungkin hal wajar dalam setiap usaha, tetapi terlalu banyak kerugian, apalagi selama bertahun-tahun, bagi para pengusaha kecil dan menengah seperti saya benar-benar sangat menyulitkan.
SRC melihat potensi setiap pemilik untuk sukses usaha toko kelontong. SRC mendorong agar pemilik melakukan perubahan yang diperlukan. Tidak ada keharusan bagi SRC untuk memberikan bimbingan seperti ini, tetapi ini adalah inisiatif yang diambil agar sukses usaha toko kelontong. Hal utama yang diajarkan oleh SRC adalah kemauan berinovasi. Saya terapkan ini dengan beberapa pembaruan, di antaranya adalah mengadakan acara untuk konsumen secara mandiri dan perluasan usaha melalui bisnis kuliner dengan memanfaatkan pojok toko yang nyaman sebagai tempat untuk sekadar minum kopi atau juga menyantap makanan.
SRC hadir sebagai pilihan yang tepat selepas meninggalkan pekerjaan lama. Bergabung dengan SRC menjadikan saya sukses toko kelontong bersama istri, sekaligus sebagai salah satu hal kontribusi untuk menghidupkan kota Solok. Seandainya masih di Jakarta, mungkin saya masih menjadi sopir taksi dan harus menghadapi jalanan ibu kota yang melelahkan. Di kampung halaman, saya bisa menjalankan bisnis sendiri dan turut membangun lingkungan sekitar tempat saya tinggal.